Aku disini menunggu mu. Menanti
hati yang tengah kau bawa lari.
Jakarta, 20
Maret 2015, 07.00 am. Sudah setahun semenjak saat itu. Saat dimana ku melepas
mu pergi tuk menggapai impianmu. Sungguh, itu saat terberat dalam hidupku.
---- Soekarno-Hatta International
Airport, 20 Maret 2014 7.00 am----
“Tenang ya Di. Aku ga akan lama.
Nanti aku bakalan sering ngabarin kamu”
katanya lembut sambil memeluk erat tubuhku
Aku terdiam, membisu, tak pula
membalas pelukan mu. Tak ada lagi yang bisa kukatakan. Sungguh, aku amat sangat
ingin melarang mu untuk pergi. Aku ingin kau lebih lama berada di sisiku,
disampingku. Memberikan ku kekuatan seperti yang selama ini kau lakukan
untukku.
“Aku… tidak ingin kau pergi !!!!!! Tetaplah
disisiku, Rick !!!” Teriak ku dalam
batin.
Perlahan kau melepaskan
pelukanmu, merogoh saku kemudian
mengeluarkan kotak kecil berwarna ungu. Warna favoritku.
“Coba dibuka” katanya sambil
menyodorkan kotak itu kepadaku.
Kemudian aku membuka kotak itu.
Dua buah liontin berbentuk hati yang masing – masing sisinya terpisah. Jika
diperhatikan, satu liontin terukir nama mu, dan yang satunya terukir nama ku.
Perlahankau mengambil liontin yang berukir nama mu dan memakaikan nya pada ku
sambil berkata,
“Ini hati ku, tolong kamu jaga
baik – baik”
Lalu kau mengambil liontin
satunya dan memintaku memakaikannya pada mu, dan kemudian kau berkata,
“Ini hati mu, Di. Hati mu ku bawa
lari dulu ya, akan ku jaga selalu. Sampai nanti aku kembali, tolong kau juga
jaga hati ku dengan baik”
Aku mengangguk pelan. Lalu kau
memelukku untuk yang terakhir kalinya di saat itu.
“Aku pergi dulu ya” bisiknya.
Sontak, air mataku mengalir
deras. Aku tak sanggup mehannya lagi. Aku tak sanggup membiarkan mu pergi.
“Jangan nangis. Kemana Diana ku
yang selalu Ceria itu?” Canda mu sambil menghapus air mata ku.
“Sudah ya, aku harus pergi
sekarang, Aku pasti kembali.” Kemudian
kau mencium keningku dan pergi.
Aku tak sanggup berkata – kata
lagi. Kupandangi punggung mu yang perlahan menjauh, sampai akhirnya, hilang.
Air mataku kembali mengalir deras, aku tak kuasa. Aku berjalan perlahan
meninggalkan tempat itu, tempat perpisahan kita, dengan perasaan yang cukup
aneh.
Dan aku pun sadar bahwa saat itu,
hatiku sedang kau bawa pergi.
Tidak ada komentar