Diri #Part1


Aku disini menunggu mu. Menanti hati yang tengah kau bawa lari.

Jakarta, 20 Maret 2015, 07.00 am. Sudah setahun semenjak saat itu. Saat dimana ku melepas mu pergi tuk menggapai impianmu. Sungguh, itu saat terberat dalam hidupku.



---- Soekarno-Hatta International Airport, 20 Maret 2014 7.00 am----

“Tenang ya Di. Aku ga akan lama. Nanti aku bakalan sering ngabarin kamu”  katanya lembut sambil memeluk erat tubuhku

Aku terdiam, membisu, tak pula membalas pelukan mu. Tak ada lagi yang bisa kukatakan. Sungguh, aku amat sangat ingin melarang mu untuk pergi. Aku ingin kau lebih lama berada di sisiku, disampingku. Memberikan ku kekuatan seperti yang selama ini kau lakukan untukku.

 “Aku… tidak ingin kau pergi !!!!!! Tetaplah disisiku, Rick !!!”  Teriak ku dalam batin.

Perlahan kau melepaskan pelukanmu, merogoh saku kemudian  mengeluarkan kotak kecil berwarna ungu. Warna favoritku.

“Coba dibuka” katanya sambil menyodorkan kotak itu kepadaku.

Kemudian aku membuka kotak itu. Dua buah liontin berbentuk hati yang masing – masing sisinya terpisah. Jika diperhatikan, satu liontin terukir nama mu, dan yang satunya terukir nama ku. Perlahankau mengambil liontin yang berukir nama mu dan memakaikan nya pada ku sambil berkata,

“Ini hati ku, tolong kamu jaga baik – baik”

Lalu kau mengambil liontin satunya dan memintaku memakaikannya pada mu, dan kemudian kau berkata,

“Ini hati mu, Di. Hati mu ku bawa lari dulu ya, akan ku jaga selalu. Sampai nanti aku kembali, tolong kau juga jaga hati ku dengan baik”

Aku mengangguk pelan. Lalu kau memelukku untuk yang terakhir kalinya di saat itu.

“Aku pergi dulu ya” bisiknya.

Sontak, air mataku mengalir deras. Aku tak sanggup mehannya lagi. Aku tak sanggup membiarkan mu pergi.

“Jangan nangis. Kemana Diana ku yang selalu Ceria itu?” Canda mu sambil menghapus air mata ku.
“Sudah ya, aku harus pergi sekarang, Aku pasti kembali.”  Kemudian kau mencium keningku dan pergi.

Aku tak sanggup berkata – kata lagi. Kupandangi punggung mu yang perlahan menjauh, sampai akhirnya, hilang. Air mataku kembali mengalir deras, aku tak kuasa. Aku berjalan perlahan meninggalkan tempat itu, tempat perpisahan kita, dengan perasaan yang cukup aneh.

Dan aku pun sadar bahwa saat itu, hatiku sedang kau bawa pergi.


Tidak ada komentar