|Pagi hari….
Ruang makan.. Sarapan|
“bonjour
zach..”
“aaa, ma’am,
bonjour. Yang lain kemana? ” kataku sambil mencium pipi nenekku (di keluarga
ini hanya aku yang menyebutnya ma’am)
“seperti
biasa, masih bersembunyi dibalik selimut mereka.” Jawab ma’am sambil tersenyum
Aku hanya
mengangguk dan mulai duduk
“kau mau
roti selai ?” Tanya ma’am
Aku
menggeleng “tak usah, aku hanya mau minum susu lalu pergi mengurus visa ku.”
Kataku sambil mengambil segelas susu hangat buatan ma’am.
“ooh begitu,
baiklah. Omong omong, bagaimana dengan.. tempat tinggalmu? Kau sudah pikirkan
mau tinggal dimana?” pertanyaan yang ma’am lontarkan membuatku sedikit kaget
lalu tersedak
“uhuk…” aku
terbatuk – batuk karena kaget tersedak
“duh kau
ini, makanya minum dengan perlahan” kata ma’am sambil menpuk nepuk punggungku
Aku merasa
sedikit baikan karena tepukan dari ma’am
“merci ma belle ma’am” kataku sambil kembali
menghabiskan sisa susu dalam gelas.
“de rien, nah
jadi bagaimana soal tempat tinggalmu?” ma’am mengelus lembut rambutku.
5 detik
kemudian.. setelah susu sudah habis baru ku jawab pertanyaan ma’am
“um.. aku
blmcari. Mungkin nanti aku akan menemukannya sendiri (?).. yaa gampang lah
kalau soal tempat tinggal” kataku santai
“ hm.. kalau
kau blm menemukan tempat tinggal biar ma’am minta teman ma’am untuk mencarikan
tempat tinggal untukmu”
“ah tak usah
ma’am aku bisa cari sendiri “ kataku sambil mengedipkan mata pada ma’am
“baiklah
kalau begitu, ahiya mau ma’am siapkan supir?”
“non” kataku
menggeleng “aku naik bus saja”
“tapi itu
memakan waktu lama” suara ma’am agak bergetar.
“tak apa
ma’am. Tak masalah untuk ku” katakau sambil tersenyum nakal
“dasar kau
ini” gumam ma’am lalu kemudian menyeruput teh nya
“ma’am aku
berangkat dulu ya. “ kataku sambil beranjak mendekati ma’am untuk mencium
pipinya
“ok. Hati
hati di jalan ya. Bon courage” jawab mam sambil mencium pipiku
Lalu aku
pergi keluar rumah menuju halte. Aku akan pergi ke kantor imigrasi, menggunakan
bus umum. Aku lebih suka naik kendaraan umum.. lebih menantang untukku.
Sesampainya di halte
Hari ini
halte tak terlalu ramai. Hanya ada beberapa orang yang akan pergi bekerja
sepertinya.aku membeli tiket lalu duduk disalah satu kursi kosong yang tersisa.
Lalu tiba –tiba aku melihat sebuah brosur
yang entah datang darimana terjatuh tepat diatas pangkuanku.
“Shonengakurosou..
asrama umum… wah! Kebetulan”
Ku baca baik
– baik keterangan selanjutnya.. lalu.. bus ku datang. Brosur itu Segera ku
lipat dan kumasukan kedalam tas, kemudian aku masuk kedalam bus.
|Di dalam
bus|
Saat masuk
kedalam bus aku segera mencari kursi kosong. Melihat ke kanan dan kiri…
“hm..
ternyata penuh juga.” Pikirku. Hampir setengah menit ku mencari kursi kosong,
akhirnya kutemukan juga kursi kosong di bagian ujung belakang bus. Segera ku
tempati kursi itu sebelum diambil oleh yang lain.
“aah dapet
juga nih bangku” gumamku sambil bersandar pada kursi. Berhubung kursi yg ku
dapat ini ada di ujung-samping jendela, jadi sepanjang perjalanan sepertinya
aku akan memandang kearah luar terus haha. Itu pikiran awalku tapi… semua
berubah saat kusadari aku duduk di sebelah pria aneh. Perhatianku tertuju
padanya. Ia memakai sweater hitam yang cukup tebal kurasa. Dan topi hitam,
menutupi matanya.
“
Pemandangan yang aneh mengingat ini masih musim panas…” gumamku
“sweater
hitam tebal … sungguh aneh, belum lagi ia membawa tas besar yang ia dekap di
dadanya.. ini aneh.. dia seperti….” Masih bergumam sambil berfikir
Tiba-tiba
sesuatu terlintas di pikiranku.. dan membuatku sedikit tersentak
“PERAMPOK!!!!”
jeritku dalam hati
Seperti
yang sedang gencar diberitakan akhir –
akhir ini, salah satu hotel ternama di Paris baru saja kerampokan perhiasan.
Hotel CARLTONATION , menjadi tuan rumah untuk pameran perhiasan La Viora. Dan 2 hari yang lalu sebagian besar dari perhiasan yang dipamerkan telah raib
dibawa rampok. Perampok itu dikabarkan perampok kelas atas karena mereka bisa
menembus pengamanan tingkat tinggi La Viora. Ini merupakan perampokan terbesar
dalam sejarah di Eropa.
Pikiranku
kacau. Ada perasaan takut dan tegang. Ingin teriak pada seluruh penghuni bus
kalau yang duduk disampingku ini perampok. Tapi…… kalau aku sampai salah
bagaimana? Kalau dia ternyata bukan perampok? Duh.. bagaimana ini. Aku hanya
bisa menggigit bibir bawahku sambil menahan rasa takut.
Bus pun
masih berjalan. Sudah +/- hamper 25 menit aku berada di dalam bus tapi orang
ini masih belum menunjukkan gerak gerik yang mencurigakan. Ia masih duduk tertunduk sambil mendekap tas
besarnya. Jujur saja sejak tadi aku tak sedikitpun menurunkan tingkat
kewaspadaan ku pada “terduga” perampok ini.
“ini orang
lehernya gak pegel apa nunduk terus dari tadi?” tanyaku dalam hati.
Tiba tiba…
“ciiiiiiiit……..”
Bus berhenti
mendadak, seluruh penumpang terdorong kea rah depan. Aku juga, begitupun si
pria aneh tadi, dan.. topi pria aneh itu .. TERJATUH!!!! “ah aku bisa melihat wajahnya!!”
pikirku. Namun.. sepertinya pria aneh itu memiliki kecepatan diluar rata – rata.
Dengan kilatnya, ia ambil topinya dan lanngsung memakainya tanpa bisa ku lihat
wajahnya sedikitpun. Dengan menahansedikit rasa kesal aku kembali duduk di
kursiku dan tiba – tiba sopir memberikan pengumuman.
“excuze moi,
kita tak dapat melanjutkan perjalanan ini. Bus ini sedang mengalami masalah
teknis. Kami akan memindahkan kalian ke bus lain atau kalian bisa memilih menggunakan
transportasi lain. Sekali lagi kami mohon maaf, dan terima kasih atas
perhatiannya.”
Usai
penjelasan dari pak sopir para penumpang segera turun, termasuk si pria aneh
itu. Dia turun dengan cepat, secepat kilat. Ku coba menyusulnya, menerobos
kerumunan penumpang yang lain namun ia sudah menghilang entah kemana.
“sial!”
umpat ku kesal.
“itu orang
turunan Flash (tokoh marvel) kali ya? Cepet banget ngilangnya.” Gumamku.
Karena ia
sudah menghilang, akhirnya aku kembali pada tujuan awalku. Kantor imigrasi.
Untungnya bus berhenti tak jauh dari kantor imigrasi yang ku tuju. Aku berjalan
santai sambil menikmati cuaca hari ini yang cukup cerah ditemani sedikit
semilir angin yang memberikan sedikit kesejukan. Lalu aku berbelok ke dua jalan
utama dan akhirnya sampai di depan kantor imigrasi. Lalu aku masuk, menuju
kedalam gedung kantor imigrasi, melewati halaman depan kantor ygang di penuhi
oleh berbagai macam jenis bunga musim panas.
|Di dalam
gedung kantor Imigrasi|
Aku segera
masuk kedalam gedung dan langsung bertanya pada resepsionis, dimana aku bisa
mengambil visa ku.
“bonjour,
excuse moi” sapa ku sambil tersenyum
“bonjour,
mademoiselle. Ada yang bisa saya bantu?”
“aku ingin
mengambil visaku, dimana bisa ku ambil?”
“oh bailah
mari ku antarkan” jawab resepsoinis itu sambilberanjak untuk menunjukkan tempat
pengambilan visa.
“aaa merci
beaucoup” kataku sambil membungkukkan badan sedikit. Lalu mengikuti nya dari
belakang.
Dua menit
kemudian, aku sampai di tempat pengambilan visa. Resepsionis yang mengantarku
tadi sudah kembali ketempatnya lagi.
“ Hari ini
tak cukup ramai.. atau aku yang terlalu cepat? Ah tapi tidak juga sepertinya.”
Gumamku. lalu ku lirik jam yang ada di
dinding ruangan.. 11.30 a.m sudah cukup siang….
Ku lemparkan
pandangan ke sekitar ruangan. Ruangan ini cukup besar, penuh dengan warna krem
– hitam – abu abu. Seperti layaknya kantor kantor yang lain. Ada beberapa
lukisan abstrak yang tertempel di tiap – tiap bagian dinding. Ada juga guci
antic yang terpajang manis disudut ruangan. Ada beberapa meja dengan para
petugas yang sedang sibuk dengan pengambil visa & layar computer masing –
masing. Ada beberapa baris kursi tunggu.
Di baris terdepan ada pria dengan kemeja hitam yang sedang sibuk dengan
ponselnya, dibaris kedua ada dua orang ibu – ibu yang sedang asyik merumpi.
Baris ketiga kosong, dan dibaris ke empat ada seorang ibu yang sudah lanjut
usia. Tadinya aku sudah mau menduduki salah sautu kursi di baris ketiga, namun
entah kenapa kaki ku bergerak kea rah kursi di samping ibu lanjut usia
tersebut.
“excuse moi,
bolehkah saya…”
Ibu itu
menoleh. Ku lihat wajahnya sangat bersih, cantik dan anggun, matanya indah ada
sedikit kerutan di sudut matanya namun ia tetap terlihat cantik, belum pernah
ku lihat wanita seperti ini. Bahkan ma’am pun kalah cantik oleh dirinya. Batin ku.
“oui,
silahkan” jawabnya sambil tersenyum
“merci
beaucoup, madam”
“de rien
mademoiselle. Rose Violet, et moi?” katanya sambilmengulurkan tangan tanda
pengenalan
“Zachie
Prins. Waw madam, namamu indah sekali,
penggabungan dua nama bunga” sambutku sambil menjabat tangannya. Kurasakan tangannya
haluus sekali. Bahkan lebih halus dari
tangan ma’am.
“ah itu..
iya kedua orangtuaku dulu.. sangat menyukali bunga rose, dan kebetulan surname
ayahku dulu juga Violet jadinya yaah begitu..” jawabnya sambil tersenyum.
“ooh
begitu, ahiya madam mau mengambil visa
kemana?”
“aku mau ke
brazil, mengunjungi kerabatku. Ada kerabatku disana. Sudah lama kami tak
bertemu. Aku rindu padanya.”
“aah iya,
saudara jauh ya. Kau pasti sangat rindu padanya. Sudah berapa tahun tak
bertemu?”
“sekitar 13
tahun kami tak bertemu…” ia tertunduk “ah sudahlah, sebentar lagi aku pun akan
menyusul dirinya. kau sendiri mau kemana?”
“aku.. mau
ke jepang. Melanjutkan pendidikan. Madam jangan sedih, kan sebentar lagi mau
ketemu dia”
“ahaha kau
ini, terdengar seperti anak kecil saja. Jepang ya… disana kau akan menemukan
Cita dan Cinta”
“cita dan
cinta? Ah madam, kau ini seperti peramal saja”
“tunggu dan
lihat saja nanti. Percaya kata kata ku”
Aku hanya
bisa tersenyum mendengar perkataannya. Lalu aku memalingkan wajah kea rah yang
lain. Lalu aku ingin bertanya lagi padanya
“ma..ma-dam..?”
aku terkejut. Ia tak ada disampingku. Ku caridirinya. Kulihat ke kanan kiri
depan belakang, dia tak ada. Hanya aja setangkai bungamawar dan setangkai bunga
violet. Tiba tiba aku merasa takut.
“Zachie
Prins” seorang petugas memanggil namaku.
Aku menarik nafas lega, setidaknya aku sudahbisa
mengambil visa ku dan pergi dari sini. dan tanpa ke sadari, tangaku mengambil
keduatangkai bunga tersebut.
lanjutannya dong :3
BalasHapustunggu minggu depan kakaaaa . makasi jadi pembaca setiaaa :3
Hapuspolbek dong zah ^0^
BalasHapus