ABC

Ehm em.. tolong masukannya cerpen ini kurang apa.. ini masih cerpen amatiran makasi :)
Berjalan mondar mandir. Itulah yang dilakukan Rana sejak setengah jam yang lalu. Rana bingung bahkan bisa dikatakan sangat bingung. Sekarang sudah menujukkan hampir pukul sepuluh malam namun ia belum mendapatkan ide untuk tugas membuat cerpen yang diberikan oleh guru Bahasa Indonesia. “Aduhh.. gimana nih. Belum dapet ide satu pun. Mau jadi apa besok? Diomelin guru? Gak deh…”  ia terus mengoceh sambil
berjalan mondar mandir mencari ide untuk cerpennya yang harus dikumpulkan besok.
“Mungkin nonton tv dulu kali ya baru dapet ide? Hmm boleh juga tuh” Setelah berfikir begitu ia langsung melejit ke ruang tv untuk menonton tv. Tapi ternyata ia tidak menyalakan tv nya ia hanya duduk terpaku di depan tv entah melihat apa yang jelas tatapan matanya kosong. Begitu tersadar “jangan nonton tv deh mending baca novel aja kayaknya lebih gampang buat nyari inspirasi” katanya bersemangat sambil berjalan menuju kamarnya.
Ketika sampai di kamar ia langsung menuju ke rak penyimpanan koleksi novel miliknya. “Hmm novel apa ya kira kira yang cocok?” gumamnya. Lalu ia meraih 1 buah novel yang cukup tebal. Satu persatu halaman novel tersebut ia buka, ia perhatikan kata demi kata yang terdapat pada tiap halaman tersebut. Lalu tiba – tiba gerakan matanya terhenti pada salah satu halaman yang terdapat pada novel itu. Wajahnya terlihat serius melihat halaman novel tersebut.
“Mungkin ini. Ya kisah awalnya mirip ini aja tapi bakal dirombak nanti semuanya” Katanya senang. Akhirnya ia menemukan ide yang cocok untuk karya cerpennya. Lalu dengan setengah berlari ia langsung melesat ke meja belajarnya duduk diatas kursi mengambil sebuah pulpen dan secarik kertas dan pada akhirnya menorehkan huruf demi huruf yang akan ia rangkai menjadi cerpen yang terbaik untuk dirinya. Satu jam telah berlalu namun ia belum juga selesai dengan cerpennya tersebut.
Dan akhirnya “Haahh.. selesai juga.” Katanya lega. Setelah berhasil menyelesaikan novelnya ia segera merapihkan seluruh alat tulisnya dan memasukkan cerpen yang ia buat kedalam tas. Setelah itu ia langsung melompat ke atas tempat tidurnya yang empuk dan merebahkan tubuhnya. Ia merasa sangat lelah namun juga sangat lega karena tugasnya sudah selesai. Namun tak sepenuhnya selesai ada satu hal yang mengganjal hatinya. “Judul ! Aduh lupa kan. Belum dikasih judul cerpennya.” Katanya kesal.
Lalu ia kembal beranjak dari tempat tidur, mulai berjalan mondar mander seperti  orang aneh. Memang itu kebiasaan dirinya kalau sedang bingung. JUDUL JUDUL JUDUL hanya itu yang terbayang di benaknya tak ada yang lain. “Hmm apa ya? Aduh mumet” umpatnya. Akhirnya karena ia terlalu lelah ia kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, masuk kedalam selimut yang hangat dan bersiap untuk tidur. Dengan setengah tertidur ia menggumamkan do’a sebelum tidur. Dan tak sampai lima menit ia sudah terbang kealam mimpi.
Keesokan harinya.
Kriiiiiing Kriiiiing. Jam weker berbunyi menunjukkan pukun setengah lima pagi pertanda sang pemilik jam tersebut harus terbangun untuk memulai hari barunya. Rana pun mulai membuka kedua matanya yang masih berat. “Mmmmh.. Hoahmm ngantuk” katanya sambil menggeliat. Lalu setengah sadar ia berusaha mematikan jam wekernya. Setelah berhasil ia turun dari tempat tidurnya lalu menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya agar terlihat lebih segar.
Selesai mencuci muka ia duduk diatas kursi dekat meja belajarnya melihat sekeliling dan akhirnya ia berhasil mengumpulkan seluruh nyawanya yang tadi masih berkelana di alam mimpi. “Hemh… udah pagi ternyata. Udah adzan belum ya?” belum sempat ia menjawab suara adzan telah berkumandang menjawab pertanyaannya tadi. Setelah mendegarkan adzan shubuh ia segera kembali ke kamar mandi dan membasuh bagian tubuhnya dengan air wudhu. Selesai berwudhu ia segera menunaikan shalat shubuh.
Sholat shubuh telah ia tunaikan kini saatnya ia kembali mempersiapkan dirinya pergi kesekolah. Ia beranjak ke kamar mandi dan segera membasuh seluruh tubuhnya dengan air untuk menyegarkan dan membersihkan dirinya pagi ini. “Segarnyaaa” gumamnya ketika keluar dari kamar mandi. Ia langsung menu lemari pakaiannya dan mengenakan seragam sekolahnya dan bersiap siap untuk sarapan.
Setelah merasa siap atau lebih tepatnya mempersiapkan diri ia langsung turun menju ruang makan. Ternyata disana kedua orang tuanya dan kedua adiknya sudah duduk dengan rapih untuk sarapan hanya tinggal menuggu dirinya saja. “Pagi mah. Pagi pah” sapanya pada kedua orang tuanya. “Ih kakak lama banget sih di kamarnya ngapain aja? Udah jam segini nih nanti kita bisa telat ia kan cel?” omel adik nya Sella sembari meminta pesetujuan kembarannya Selli, namun karena Sella cadel huruf S jadi tertukar dengan huruf C. “Iya iya maaf adikku cantikk.. udah yuk makan” ajak Rana.
Pagi ini mereka sarapan dengan menu nasi goreng special buatan sang bunda tercinta “Hemm enak mah” Puji Rana. “makasi sayang” jawab mamanya. “Oya mah sausnya mana?” tanya Rana “Ih kakak makan nasi goreng pake saus mana enak? Enakan tuh ya pakai sambel”  Protes Selli “Yee biarin aja kali kan selera orang beda beda.” Jawab Rana tak mau kalah. “Ini sayang sausnya” Kata ibunya menengahi keduanya sambil memberikan botol saus kepada Rana.
Tiba – tiba dahi Rana menyerit. Memperhatikan label merek botol saus tersebut. “ABC” gumamnya. Lalu ia memutar otaknya sambil membatin dalam hati sepertinya itu cocok kalau dijadikan judul cerpennya nanti. Seluruh anggota keluarga yang berada di ruang makan pun heran melihat tingkah laku Rana, bahkan sang ayah sampai menghentikan kegiatan makannya, ibunya pun yang sedari tadi sedang sibuk menyuapi adiknya sampai terheran – heran melihat kelakuan anaknya yang satu ini.
“Kamu kenapa?” tanya sang ayah. “Ah.. gak apa apa kok pah.” Jawab Rana. “Mah pah aku udah selesai ya makannya mau berangkat duluan.” Pamit Rana pada kedua orang tuanya sambil mencium tangan dan pipi keduanya. “Loh kok cepet banget kamu kan baru makan sedikit?” tanya sang ibu khawatir “gak apa apa kok mah ini juga kenyang kok.”  Jawab Rana sambil berlalu pergi menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar ia segera mengeluarkan kertas yang berisi karangan cerpennya dan memberikan judul diatasnya besar – besar. ABC. “nah siaap” katanya bersemangat. Lalu ia turun dan menuju ke luar rumah untuk mencari kendaraan umum yang biasa ia gunakan sebagai sarana transportasi kesekolah. “bang bang ojeg bang!” seru Rana sambil melambaikan tangan ke arah tukang ojeg di depan gang. Satu ojeg pun telah siap untuk mengantar dirinya kesekolah.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih lima belas menit akhirnya ia sampai disekolah. Suasana sekolah memang masih terlihat lenggang karena sekarang ini masih termasuk pagi, setengah tujuh kurang sepuluh menit. “Hemm sepi, tapi gak apa apa bagus deh” kata Rana dalam hati. Lalu rana berjalan menuju ruang kelasnya dan langsung duduk di kursi barisan ke dua dari pintu. Ia langsung membuka tasnya dan mengambil cerpennya dan langsung membacanya dengan waja tersenyum.
Sampai akhirnya bel tanda masuk pun berbunyi seluruh murid kembalimasuk ke kelas disusul dengan datangnya guru Bahasa Indonesia mereka. “ Selamat pagi anak anak.” Sapa sang guru. “pagiii pak” jawab murid murid. “Ayo semua kumpulkan tugasnya” perintah pak guru. Lalu mereka semua mengumpulkan tugasnya termasuk Rana.
Pelajaran pun dimulai para murid sedang mengerakan tugas dari pak guru sementara pak guru sendiri sedang melihat cerpen hasil kerja keras muridnya. “Hmm.. cerpen ini kalian semua yang membuat sendiri?” tanya sang guru memecah keheningan kelas. “iya paaak.” Jawab anak - anak serentak. “Bapak bangga pada kalian semua. Karya kalian semua patut di acungi jempol. Sesuai janji bapak kemarin bapak akan memilih salah satu cerpen  untuk diikut sertakan dalam lomba menulis cerpen antar SMA.” Tutur pak guru. “dan cerpen yang bapak pilih adalah..” tiba – tiba pak guru berhenti berbicara dan menggantungkan kalimat terakhirnya sehingga membuat para murid penasaran. Tak terkecuali Rana. Dadanya berdegup kencang menungu hasil keputusan pak guru.
“Dan cerpen yang bapak pilih berjudul ABC karya Rana Febrianti.” Akhirnya pak guru menyelesaikan kalimatnya yang disambut dengan tepuk tangan ricuh anak anak kelas X.6.  Rana pun merasa bangga atas jerih payahnya tadi malam. Tidak sia – sia pekerjaanya ini. Ia langsung mengucap syukur pada Yang Maha Kuasa atas karunia yang telah diberikan kepada dirinya.
Satu minggu kemudian pak guru telah mengirimkan cerpen yang Rana buat kepada panitia lomba. Mereka tinggal menunggu hasilnya besok. Keesokn harinya ketika sampai disekolah pak guru sudah menunggu kedatangan Rana. “Rana berkat kuasa Tuhan karya tulismu menadi juara pertama di perlombaaan tersebut.” Pak guru menjelaskan pada Rana. Rana hanya bisa terdiam lalu melompat kegirangan.

2 komentar

  1. heiho. ini wulan. haha.
    itu cerpen yang buat bahasa indonesia ya? jadi inget saos ABC. haha. peace man!

    BalasHapus
  2. iya lan. ini juga juduknya dari saus ABC

    BalasHapus